PERMAINAN PARA TENGKULAK DALAM CERPEN RENDEMEN KARYA M. SHOIM ANWAR
Seperti biasa
M. Shoim Anwar kembali mengambil tema sosial yang sering terjadi di kehidupan
bermasyarakat dalam cerpennya. Salah satunya cerpen Rendemen. Cerpen “Rendemen”
merupakan sebuah cerpen yang berisi tentang para petani tebu. Dimana para petani dimanfaatkan oleh para
tengkulak yang tidak bertanggung jawab. Bahkan di dalam cerpen ini para petani
juga ditipu oleh pengurus desa yang seharusnya membantu para petani agar tidak rugi atau dimanfaatkan oleh para
tengkulak, tetapi pada kenyaanya mereka justru ikut bekerja sama dengan para
tengkulak untuk mengambil keuntungan dari para petani.
Seperti pada kutipan pada cerpen
berikut ini:
“Suparlan sepertinya memang membiarkan tanaman tebu itu. Tanaman yang
sama disekitarnya sudah ditebang. Lelaki itu tetap berthan karena dia tidak
ingin jerih payanya selama berbulan-bulan disedot begitu saja oleh orang lain.
dia telah mengalami peristiwa itu bertahun-tahun, seperti juga para petani yang
lain.”
Kutipan di atas menggambarkan
dimana Pa Suparlan sudah merasa tertipu oleh para KUD dan pabrik yang telah
membeli tebuh para petani dengan harga murah dan menyuruh mereka untuk memanen
tebuh sebelum waktunya. Disini sangat jelas bahwa para petani sangat rugi. Namun para petani tetap saja
menjual hasil tebuh mereka dengan pabrik yang sama walaupun mereka tidak perna
untung karena mereka terjebak hutang dengan pabrik. Hal itu dilakukan oleh
pabrik agar petani tidak menjual hasil panen mereka dengan pabrik gula lain
sehingga mereka menjebak para petani dengan utang. Disamping itu masih ada
petani yang tidak ingin lagi terjebak dengan permainan KUD dan pabrik yakni Pak Suparlan.
Aku yakin ada permainan di sini. Masak Rendemen tebuh dari tahun ke
tahun selalu turun. Pada hal tebuhnya sangat baik. KUD ternyata hanya menerima
saja, tak ada pembelaan. Bahkan petani selalu diharapkan untuk sabar dan
bekerja terus. Hasil yang diterima para
petani semakin kecil. Itupun masih dipotong oleh KUD sebagai ongkos angkutan
dan nimbang.
Dari Kutipan di atas juga
menjelaskan bahwa para KUD yang seharusnya membantu para petani untuk menjual
hasil pertanian mereka dengan harga yang
cukup tinggi namun ternyata para KUD juga yang menjadi dalang dari merosotnya
hasil penjualan petani. Hal ini juga masih sering terjadi dalam kehidupan nyata
masyarakat petani yang ada luar sana. Yang selalu dimanfaatkan oleh oknum-oknum
yang seharusnya menjadi orang yang membantu masyarakat namun pada kenyataanya
mereka hanya memikirkan diri sendiri.
Ancaman
sering disampaikan kepada para petani agar tidak menjual hasil pertanian mereka
kepada orang lain. petani tebu merupakan salah satu contoh hasil pertanian yang
sering menjual hasil panen dengan harga yang tidak layak atau tidak sesuai
dengan hasil kerja dan pengorbanan para petani. Hal ini tentu membuat
masyarakat Indonesia tidak perna maju dalam mengolah hasil pertanian meraka
jika para tengkulak masih merajalelah di masyarakat. Untuk menghindari kejadian
yang sama tentu orang-orang yang berwewenang harus bertindak tegas terhadap
para tengkulak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar